Minggu, 13 Januari 2013

Sampainya Hadiah Bacaan Al-qur’an untuk mayyit

A. Dalil-dalil Hadiah Pahala Bacaan

1. Hadits tentang wasiat ibnu umar tersebut dalam syarah aqidah Thahawiyah Hal :458 :

“ Dari ibnu umar Ra. : “Bahwasanya Beliau berwasiat agar diatas kuburnya nanti sesudah pemakaman dibacakan awa-awal surat albaqarah dan akhirnya. Dan dari sebagian muhajirin dinukil juga adanya pembacaan surat albaqarah”

Hadits ini menjadi pegangan Imam Ahmad, padaha imam Ahmad ini sebelumnya termasuk orang yang mengingkari sampainya pahala dari orang hidup kepada orang yang sudah mati, namun setelah mendengar dari orang-orang kepercayaan tentang wasiat ibnu umar tersebut, beliau mencabut pengingkarannya itu. (mukhtasar tadzkirah qurtubi halaman 25).

Oleh karena itulah, maka ada riwayat dari imam Ahmad bin Hnbal bahwa beliau berkata : “ Sampai kepada mayyit (pahala) tiap-tiap kebajikan karena ada nash-nash yang dating padanya dan juga karena kaum muslimin (zaman tabi’in dan tabiuttabi’in) pada berkumpul disetiap negeri, mereka membaca al-qur’an dan menghadiahkan (pahalanya) kepada mereka yang sudah meninggal, maka jadialah ia ijma . (Yasaluunaka fid din wal hayat oleh syaikh DR Ahmad syarbasy Jilid III/423).

2. Hadits dalam sunan Baihaqi danan isnad Hasan

“ Bahwasanya Ibnu umar menyukai agar dibaca keatas pekuburan sesudah pemakaman awal surat albaqarah dan akhirnya”

Hadits ini agak semakna dengan hadits pertama, hanya yang pertama itu adalah wasiat seadangkan ini adalah pernyataan bahwa beliau menyukai hal tersebut.

3. Hadits Riwayat darulqutni

“Barangsiapa masuk kepekuburan lalu membaca qulhuwallahu ahad (surat al ikhlash) 11 kali, kemudian menghadiahkan pahalanya kepada orang-orang yang telah mati (dipekuburan itu), maka ia akan diberi pahala sebanyak orang yang mati disitu”.

4. Hadits marfu’ Riwayat Hafidz as-salafi

“ Barangsiapa melewati pekuburan lalu membaca qulhuwallahu ahad (surat al ikhlash) 11 kali, kemudian menghadiahkan pahalanya kepada orang-orang yang telah mati (dipekuburan itu), maka ia akan diberi pahala sebanyak orang yang mati disitu”.

(Mukhtasar Al-qurtubi hal. 26).

5. Hadits Riwayat Thabrani dan Baihaqi

“Dari Ibnu Umar ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Jika mati salah seorang dari kamu, maka janganlah menahannya dan segeralah membawanya ke kubur dan bacakanlah Fatihatul kitab disamping kepalanya”.

6. Hadits riwayat Abu dawud, Nasa’I, Ahmad dan ibnu Hibban:

“Dari ma’qil bin yasar dari Nabi SAW., Beliau bersabda: “Bacakanlah surat yaasin untuk orang yang telah mati diantara kamu”.

B. Fatwa Ulama Tentang Sampainya Hadiah Pahala Bacaan kepada Mayyit

1. Berkata Muhammad bin ahmad al-marwazi :

“Saya mendengar Imam Ahmad bin Hanbal berkata : “Jika kamu masuk ke pekuburan, maka bacalah Fatihatul kitab, al-ikhlas, al falaq dan an-nas dan jadikanlah pahalanya untuk para penghuni kubur, maka sesungguhnya pahala itu sampai kepada mereka. Tapi yang lebih baik adalah agar sipembaca itu berdoa sesudah selesai dengan: “Ya Allah, sampaikanlah pahala ayat yang telah aku baca ini kepada si fulan…” (Hujjatu Ahlis sunnah waljamaah hal. 15)

2. Berkata Syaikh aIi bin Muhammad Bin abil lz :

“Adapun Membaca Al-qur’an dan menghadiahkan pahalanya kepada orang yang mati secara sukarela dan tanpa upah, maka pahalanya akan sampai kepadanya sebagaimana sampainya pahala puasa dan haji”. (Syarah aqidah Thahawiyah hal. 457).

3. Berkata Ibnu taymiyah :

“sesungguhnya mayyit itu dapat beroleh manfaat dengan ibadah-ibadah kebendaan seperti sedekah dan seumpamanya”. (yas alunka fiddin wal hayat jilid I/442).

Di atas adalah kitab ibnu taimiah berjudul majmuk fatawa jilid 24 pada mukasurat 324. Ibnu taimiah ditanya mengenai seseorang yang bertahlil, bertasbih,bertahmid,bertakbir dan menyampaikan pahala tersebut kepada simayat muslim lantas ibnu taimiah menjawab amalan tersebut sampai kepada si mayat dan juga tasbih,takbir dan lain-lain zikir sekiranya disampaikan pahalanya kepada si mayat maka ianya sampai dan bagus serta baik.

Manakala Wahhabi menolak dan menkafirkan amalan ini.

Di atas pula adalah kitab ibnu tamiah berjudul majmuk fatawa juzuk 24 pada mukasurat 324.ibnu taimiah di tanya mengenai seorang yang bertahlil 70000 kali dan menghadiahkan kepada si mayat muslim lantas ibnu taimiah mengatakan amalan itu adalah amat memberi manafaat dan amat baik serta mulia.

4. Berkata Ibnu qayyim al-jauziyah:

“sesuatu yang paling utama dihadiahkan kepada mayyit adalah sedekah, istighfar, berdoa untuknya dan berhaji atas nama dia. Adapun membaca al-qur’an dan menghadiahkan pahalanya kepada mayyit secara sukarela dan tanpa imbalan, maka akan sampai kepadanya sebagaimana pahala puasa dan haji juga sampai kepadanya (yasaaluunaka fiddin wal hayat jilid I/442)

Berkata Ibnu qayyim al-jauziyah dalam kitabnya Ar-ruh : “Al Khallal dalam kitabnya Al-Jami’ sewaktu membahas bacaan al-qur’an disamping kubur” berkata : Menceritakan kepada kami Abbas bin Muhammad ad-dauri, menceritakan kepada kami yahya bin mu’in, menceritakan kepada kami Mubassyar al-halabi, menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Ala’ bin al-lajlaj dari bapaku : “ Jika aku telah mati, maka letakanlah aku di liang lahad dan ucapkanlah bismillah dan baca permulaan surat al-baqarah disamping kepalaku karena seungguhnya aku mendengar Abdullah bin Umar berkata demikian.

Ibnu qayyim dalam kitab ini pada halaman yang sama : “Mengabarkan kepadaku Hasan bin Ahmad bin al-warraq, menceritakan kepadaku Ali-Musa Al-Haddad dan dia adalah seorang yang sangat jujur, dia berkata : “Pernah aku bersama Ahmad bin Hanbal, dan Muhammad bin Qudamah al-juhairi menghadiri jenazah, maka tatkala mayyit dimakamkan, seorang lelaki kurus duduk disamping kubur (sambil membaca al-qur’an). Melihat ini berkatalah imam Ahmad kepadanya: “Hai sesungguhnya membaca al-qur’an disamping kubur adalah bid’ah!”. Maka tatkala kami keluar dari kubur berkatalah imam Muhammad bin qudamah kepada imam ahmad bin Hanbal : “Wahai abu abdillah, bagaimana pendapatmu tentang Mubassyar al-halabi?. Imam Ahmad menjawab : “Beliau adalah orang yang tsiqah (terpercaya), apakah engkau meriwayatkan sesuatu darinya?. Muhammad bin qodamah berkata : Ya, mengabarkan kepadaku Mubasyar dari Abdurahman bin a’la bin al-laj-laj dari bapaknya bahwa dia berwasiat apabila telah dikuburkan agar dibacakan disamping kepalanya permulaan surat al-baqarah dan akhirnya dan dia berkata : “aku telah mendengar Ibnu Umar berwasiat yang demikian itu”. Mendengar riwayat tersebut Imam ahmad berkata : “Kembalilah dan katakan kepada lelaki itu agar bacaannya diteruskan (Kitab ar-ruh, ibnul qayyim al jauziyah).

5. Berkata Sayaikh Hasanain Muhammad makhluf, Mantan Mufti negeri mesir : “ Tokoh-tokoh madzab hanafi berpendapat bahwa tiap-tiap orang yang melakukan ibadah baik sedekah atau membaca al-qur’an atau selain demikian daripada macam-macam kebaikan, boleh baginya menghadiahkan pahalanya kepada orang lain dan pahalanya itu akan sampai kepadanya.

6. Imam sya’bi ; “Orang-orang anshar jika ada diantara mereka yang meninggal, maka mereka berbondong-bondong ke kuburnya sambil membaca al-qur’an disampingnaya”. (ucapan imam sya’bi ini juga dikutip oleh ibnu qayyim al jauziyah dalam kitab ar-ruh hal. 13).

7. Berkata Syaikh ali ma’sum : “Dalam madzab maliki tidak ada khilaf dalam hal sampainya pahala sedekah kepada mayyit. Menurut dasar madzab, hukumnya makruh. Namun ulama-ulama mutakhirin berpendapat boleh dan dialah yang diamalkan. Dengan demikian, maka pahala bacaan tersebut sampai kepada mayyit dan ibnu farhun menukil bahwa pendapat inilah yang kuat”. (hujjatu ahlisunnah wal jamaah halaman 13).

8. Berkata Allamah Muhammad al-arobi: Sesungguhnya membaca al-qur’an untuk orang-orang yang sudah meninggak hukumnya boleh (Malaysia : Harus) dan sampainya pahalanya kepada mereka menurut jumhur fuqaha islam Ahlusunnah wal-jamaah walaupun dengan adanya imbalan berdasarkan pendapat yang tahqiq . (kitab majmu’ tsalatsi rosail).

9. Berkata imam qurtubi : “telah ijma’ ulama atas sampainya pahala sedekah untuk orang yang sudah mati, maka seperti itu pula pendapat ulama dalam hal bacaan al-qur’an, doa dan istighfar karena masing-masingnya termasuk sedekah dan dikuatkan hal ini oleh hadits : “Kullu ma’rufin shadaqah / (setiapkebaikan adalah sedekah)”. (Tadzkirah al-qurtubi halaman 26).

Begitu banyaknya Imam-imam dan ulama ahlusunnah yang menyatakan sampainya pahala bacaan alqur’an yang dihadiahkan untuk mayyit (muslim), maka tidak lah kami bisa menuliskan semuanya dalam risalah ini karena khawatir akan terlalu panjang.

C. Dalam Madzab Imam syafei

Untuk menjelaskan hal ini marilah kita lihat penuturan imam Nawawi dalam Al-adzkar halaman 140 : “Dalam hal sampainya bacaan al-qur’an para ulama berbeda pendapat. Pendapat yang masyhur dari madzab Syafei dan sekelompok ulama adalah tidak sampai. Namun menurut Imam ahmad bin Hanbal dan juga Ashab Syafei berpendapat bahwa pahalanya sampai. Maka lebih baik adalah si pembaca menghaturkan doa : “Ya Allah sampaikanlah bacaan yat ini untuk si fulan…….”

Tersebut dalam al-majmu jilid 15/522 : “Berkata Ibnu Nahwi dalam syarah Minhaj: “Dalam Madzab syafei menurut qaul yang masyhur, pahala bacaan tidak sampai. Tapi menurut qaul yang Mukhtar, adalah sampai apabila dimohonkan kepada Allah agar disampaikan pahala bacaan terbut. Dan seyogyanya memantapkan pendapat ini karena dia adalah doa. Maka jika boleh berdoa untuk mayyit dengan sesuatu yang tidak dimiliki oleh si pendoa, maka kebolehan berdoa denagn sesuatu yang dimiliki oleh si pendoa adalah lebih utama”.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam madzab syafei terdapat dua qaul dalam hal pahala bacaan :

1. Qaul yang masyhur yakni pahala bacaan tidak sampai

2. Qaul yang mukhtar yakni pahala bacaan sampai.

Dalam menanggapai qaul masyhur tersebut pengarang kitab Fathul wahhab yakni Syaikh Zakaria Al-anshari mengatakan dalam kitabnya Jilid II/19 :

“Apa yang dikatakan sebagai qaul yang masyhur dalam madzab syafii itu dibawa atas pengertian : “Jika alqur’an itu tidak dibaca dihadapan mayyit dan tidak pula meniatkan pahala bacaan untuknya”.

Dan mengenai syarat-syarat sampainya pahala bacaan itu Syaikh Sulaiman al-jamal mengatakan dalam kitabnya Hasiyatul Jamal Jilid IV/67 :

“Berkata syaikh Muhammad Ramli : Sampai pahala bacaan jika terdapat salah satu dari tiga perkara yaitu : 1. Pembacaan dilakukan disamping kuburnya, 2. Berdoa untuk mayyit sesudah bacaan Al-qur’an yakni memohonkan agar pahalanya disampaikan kepadanya, 3. Meniatkan samapainya pahala bacaan itu kepadanya”.

Hal senada juga diungkapkan oleh Syaikh ahmad bin qasim al-ubadi dalam hasyiah Tuhfatul Muhtaj Jilid VII/74 :

“Kesimpulan Bahwa jika seseorang meniatkan pahala bacaan kepada mayyit atau dia mendoakan sampainya pahala bacaan itu kepada mayyit sesudah membaca Al-qur’an atau dia membaca disamping kuburnya, maka hasilah bagi mayyit itu seumpama pahala bacaannya dan hasil pula pahala bagi orang yang membacanya”.

Namun Demikian akan menjadi lebih baik dan lebih terjamin jika ;

1. Pembacaan yang dilakukan dihadapan mayyit diiringi pula dengan meniatkan pahala bacaan itu kepadanya.

2. Pembacaan yang dilakukan bukan dihadapan mayyit agar disamping meniatkan untuk simayyit juga disertai dengan doa penyampaian pahala sesudah selesai membaca.

Langkah seperti ini dijadikan syarat oleh sebagian ulama seperti dalam kitab tuhfah dan syarah Minhaj (lihat kitab I’anatut Tahlibin Jilid III/24).

D. Dalil-dalil orang yang membantah adanya hadiah pahala dan jawabannya

1. Hadis riwayat muslim :

“Jika manusia, maka putuslah amalnya kecuali tiga : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang selalu mendoakan orang tuanya”

Jawab : Tersebut dalam syarah Thahawiyah hal. 456 bahwa sangat keliru berdalil dengan hadist tersebut untuk menolak sampainya pahala kepada orang yang sudah mati karena dalam hadits tersebut tidak dikatakan : “inqata’a intifa’uhu (terputus keadaannya untuk memperoleh manfaat). Hadits itu hanya mengatakan “inqatha’a ‘amaluhu (terputus amalnya)”. Adapun amal orang lain, maka itu adalah milik (haq) dari amil yakni orang yang mengamalkan itu kepadanya maka akan sampailah pahala orang yang mengamalkan itu kepadanya. Jadi sampai itu pahala amal si mayyit itu. Hal ini sama dengan orang yang berhutang lalu dibayarkan oleh orang lain, maka bebaslah dia dari tanggungan hutang. Akan tetapi bukanlah yang dipakai membayar utang itu miliknya. Jadi terbayarlah hutang itu bukan oleh dia telah memperoleh manfaat (intifa’) dari orang lain.

2. Firman Allah surat an-najm ayat 39 :

“ Atau belum dikabarkan kepadanya apa yang ada dalam kitab nabi musa dan nabi Ibrahim yang telah memenuhi kewajibannya bahwa seseorang tidak akan memikul dosa orang lain dan bahwasanya tiada yang didapat oleh manusia selain dari yang diusahakannya”.

Jawab : Banyak sekali jawaban para ulama terhadap digunakannya ayat tersebut sebagai dalil untuk menolak adanya hadiah pahala. Diantara jawaban-jawaban itu adalah :

a. Dalam syarah thahawiyah hal. 1455 diterangkan dua jawaban untuk ayat tersebut :

1. Manusia dengan usaha dan pergaulannya yang santun memperoleh banyak kawan dan sahabat, melahirkan banyak anak, menikahi beberapa isteri melakukan hal-hal yang baik untuk masyarakat dan menyebabkan orang-orang cinta dan suka padanya. Maka banyaklah orang-orang itu yang menyayanginya. Merekapun berdoa untuknya dan mengahadiahkan pula pahala dari ketaatan-ketaatan yang sudah dilakukannya, maka itu adalah bekas dari usahanya sendiri. Bahkan masuknya seorang muslim bersama golongan kaum muslimin yang lain didalam ikatan islam adalah merupakan sebab paling besar dalam hal sampainya kemanfaatan dari masing-masing kaum muslimin kepada yang lainnya baik didalam kehidupan ini maupun sesudah mati nanti dan doa kaum muslimin yang lain. Dalam satu penjelasan disebutkan bahwa Allah SWT menjadikan iman sebagai sebab untuk memperoleh kemanfaatan dengan doa serta usaha dari kaum mukminin yang lain. Maka jika seseorang sudah berada dalam iman, maka dia sudah berusaha mencari sebab yang akan menyampaikannya kepada yang demikian itu. (Dengan demikian pahala ketaatan yang dihadiahkan kepadanya dan kaum mukminin sebenarnya bagian dari usahanya sendiri).

2. Ayat al-qur’an itu tidak menafikan adanya kemanfaatan untuk seseorang dengan sebab usaha orang lain. Ayat al-qur’an itu hanya menafikan “kepemilikan seseorang terhadap usaha orang lain”. Allah SWT hanya mengabarkan bahwa “laa yamliku illa sa’yah (orang itu tidak akan memiliki kecuali apa yang diusahakan sendiri). Adapun usaha orang lain, maka itu adalah milik bagi siapa yang mengusahakannya. Jika dia mau, maka dia boleh memberikannya kepada orang lain dan pula jika ia mau, dia boleh menetapkannya untuk dirinya sendiri. (jadi huruf “lam” pada lafadz “lil insane” itu adalah “lil istihqaq” yakni menunjukan arti “milik”).

Demikianlah dua jawaban yang dipilih pengarang kitab syarah thahawiyah.

b. Berkata pengarang tafsir Khazin :

“Yang demikian itu adalah untuk kaum Ibrahin dan musa. Adapun ummat islam (umat Nabi Muhammad SAW), maka mereka bias mendapat pahala dari usahanya dan juga dari usaha orang lain”.

Jadi ayat itu menerangkan hokum yang terjadi pada syariat Nabi Musa dan Nabi Ibrahim, bukan hukum dalam syariat nabi Muhammad SAW. Hal ini dikarenakan pangkal ayat tersebut berbunyi :

“ Atau belum dikabarkan kepadanya apa yang ada dalam kitab nabi musa dan nabi Ibrahim yang telah memenuhi kewajibannya bahwa seseorang tidak akan memikul dosa orang lain dan bahwasanya tiada yang didapat oleh manusia selain dari yang diusahakannya”.

c. Sahabat Nabi, Ahli tafsir yang utama Ibnu Abbas Ra. Berkata dalam menafsirkan ayat tersebut :

“ ayat tersebut telah dinasakh (dibatalkan) hukumnya dalam syariat kita dengan firman Allah SWT : “Kami hubungkan dengan mereka anak-anak mereka”, maka dimasukanlah anak ke dalam sorga berkat kebaikan yang dibuat oleh bapaknya’ (tafsir khazin juz IV/223).

Firman Allah yang dikatakan oleh Ibnu Abbas Ra sebagai penasakh surat an-najm ayat 39 itu adalah surat at-thur ayat 21 yang lengkapnya sebagai berikut :

“Dan orang-orang yang beriman dan anak cucu mereka mengikuti mereka dengan iman, maka kami hubungkan anak cucu mereka itu dengan mereka dan tidaklah mengurangi sedikitpun dari amal mereka. Tiap-tiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya”.

Jadi menurut Ibnu abbas, surat an-najm ayat 39 itu sudah terhapus hukumnya, berarti sudah tidak bias dimajukan sebagai dalil.

d. Tersebut dalam Nailul Authar juz IV ayat 102 bahwa kata-kata : “Tidak ada seseorang itu…..” Maksudnya “tidak ada dari segi keadilan (min thariqil adli), adapun dari segi karunia (min thariqil fadhli), maka ada bagi seseorang itu apa yang tidak dia usahakan.

Demikianlah penafsiran dari surat An-jam ayat 39. Banyaknya penafsiran ini adalah demi untuk tidak terjebak kepada pengamalan denganzhahir ayat semata-mata karena kalau itu dilakukan, maka akan banyak sekali dalil-dalil baik dari al-qur’an maupun hadits-hadits shahih yang ditentang oleh ayat tersebut sehingga menjadi gugur dan tidak bias dipakai sebagai dalil.

3. Dalil mereka dengan Surat al-baqarah ayat 286 :

“Allah tidak membebani seseorang kecuali dengan kesanggupannya. Baginya apa yang dia usahakan (daripada kebaikan) dan akan menimpanya apa yang dia usahakan (daripada kejahatan)”.

Jawab : Kata-kata “laha maa kasabat” menurut ilmu balaghah tidak mengandung unsur hasr (pembatasan). Oleh karena itu artinya cukup dengan : “Seseorang mendapatkan apa yang ia usahakan”. Kalaulah artinya demikian ini, maka kandungannya tidaklah menafikan bahwa dia akan mendapatkan dari usaha orang lain. Hal ini sama dengan ucapan : “Seseorang akan memperoleh harta dari usahanya”. Ucapan ini tentu tidak menafikan bahwa seseorang akan memperoleh harta dari pusaka orang tuanya, pemberian orang kepadanya atau hadiah dari sanak familinya dan para sahabatnya. Lain halnya kalau susunan ayat tersebut mengandung hasr (pembatasan) seperti umpamanya :

“laisa laha illa maa kasabat”

“Tidak ada baginya kecuali apa yang dia usahakan atau seseorang hanya mendapat apa yang ia usahakan”.

4. Dalil mereka dengan surat yasin ayat 54 :

“ Tidaklah mereka diberi balasan kecuali terhadap apa yang mereka kerjakan”.

Jawab : Ayat ini tidak menafikan hadiah pahala terhadap orang lain karena pangkal ayat tersebut adalah :

“Pada hari dimana seseorang tidak akan didhalimi sedikitpun dan seseorang tidak akan diberi balasan kecuali terhadap apa yang mereka kerjakan”

Jadi dengan memperhatikan konteks ayat tersebut dapatlah dipahami bahwa yang dinafikan itu adalah disiksanya seseorang sebab kejahatan orang lain, bukan diberikannya pahala terhadap seseorang dengan sebab amal kebaikan orang lain (Lihat syarah thahawiyah hal. 456).

(ringkasan dari Buku argumentasi Ulama syafi’iyah terhadap tuduhan bid’ah,Al ustadz haji Mujiburahman, halaman 142-159, mutiara ilmu)

Semoga menjadi asbab hidayah bagi Ummat

Amal Bergantung Pada Niat

Abul Laith Assamarqandi meriwayatkan dengan sanadnya dari Zaid bin Maisarah berkata: Allah terlah berfirman: Aku tidak menerima perkataan sesaorang hakim, tetapi aku melihat tujuan dan niatnya kepada Ku, maka aku jadikan diamnya untuk berfikir dan bicaranya sebagai zikir meski pun ia tidak berkata-kata.

Aun bin Abdullah berkata: Dahulu orang-orang soleh menulis surat kepada sahabatnya tiga kalimat;

Siapa yang beramal untuk akhirat, maka Allah mencukupi segala urusan dunianya.
Dan siapa yang memperbaikki niatnya, maka Allah akan memperbaikki zahirnya.
Dan sesiapa yang memperbaikki hubungannya dengan Allah, maka allah akan memperbaikki hubungannya dengan sesama manusia.

Nabi s.a.w bersabda: “Niat sesaorang mukmin lebih baik dari amal perbuatannya”

Oleh sebab itu, niat itu mendapat pahala tanpa amal, sedangkan amal tanpa niat tidak ada pahalanya.

Nabi s.a.w bersabda: ” Seorang hamba dihadapkan pada hari khiamat membawa hasanah sebesar bukit, lalu ada seruan; Siapa yang pernah di iniaya oleh Fulan boleh datang untuk dibayar. Maka datanglah beberapa orang lalu mengambil bahagiannya sehingga tiada tinggal satu pun dari hasanah yang banyak itu, sehingga hamba itu menjadi bingung, lalu tuhan berkata kepadanya: Untuk mu ada simpanan pada Ku yang tidak Aku perlihatkan kepada malaikat atau seorang pun dari makhluk Ku, lalu ia bertanya: Apakah itu. Jawab tuhan: Ia itu NIAT mu, yang kau selalu niat akan berbuat kebaikkan, Aku tulis untuk mu berlipat ganda, tujuh puluh lipat ganda.”
Seorang ‘abid Bani Israel, ketika berjalan melihat anak bukit, lalu ia ingin, andaikan bukit itu menjadi tepung, maka akan diberinya makan kepada Bani Israel yang sedang menderita kelaparan. Maka Allah menurunkan wahyu kepada Nabi ketika itu: Katakanlah kepada ‘abid itu bahawa Allah berfirman; Telah Aku tetapkan bagimu pahala sekiranya bukit itu menjadi tepung dah kamu sedekahkanya.

Juga ada riwayat:

Akan dihadapkan pada hari kiamat seorang hamba, lalu ia meihat dalam suratan amalnya ada haji, umrah, jihad, zakat dan sedekah, maka ia berkata dalam hatinya; dari mana semua itu padahal aku tidak berbuat semua itu, mungkin ini bukan suratan amalku. Maka Allah berfirman; Bacalah itu suratan mu, semasa hidupmu dulu sering berkata, andainya aku mempunya harta nescaya aku jihad. Aku mengetahui akan niatmu itu, maka Aku beri pada mu pahala semua itu.

Abu Hurairah r.a. berkata; Nabi s.a.w bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa mu, dahn tidak melihat harta mu, dan tidak melihat keadaan mu, tetapi melihat amal dan hati mu.

Ketika Kematian Datang

Abu Lais meriwayakan dengan sanadnya dari Albaraa’ bin Aazib r.a. berkata: Kami bersama Nabi s.a.w. keluar menghantar jenazah seorang sahabat ansar, maka ketika sampai kekubur dan belum dimasukkan kedalam lahad, Nabi s.a.w. duduk dan kami turut duduk, diam menundukkan kepala bagaikan ada burung diatas kepala kami, sedangkan Nabi.s.a.w mengorek-ngorek dengan dahan yang ditangannya, kemudian baginda mengangkat kepala dan bersadba: “Berlindunglah kamu kepada Allah dari siksa kubur, 2 atau 3 kali diulang.” Lalu bersabda lagi…

“Sesungguhnya seorang mukmin jika akan meninggalkan dunia dan menghadapi akhirat (akan mati), turun kepadanya malaikat yang putih-putih wajahnya bagaikan matahari, membawa kafan dari syurga, maka duduk didepannya sejauh pandangan mata mengelinginya, kemudian datang malaikat maut dan duduk dekat kepalanya dan memanggil: Wahai ruh yang tenang baik, keluarlah menuju keampunan Allah dan ridhoNya”

Nabi s.a.w. bersabda lagi: “Maka keluar rohnya mengalir bagaikan titisan dari mulut kendi, maka langsung diterima, dan langsung dimasukkan kedalam kafan dan dibawa keluar semerbak harum bagaikan kasturi yang terharum diatas bumi, lalu dibawa naik. Maka tidak memalui rombongan malaikat melainkan ditanya: Roh siapakah yang harum ini? Dijawab ruh Fulan bin Fulan, sehingga sampai kelangit, dan disana dibukakan pintu langit, dan disambut oleh penduduknya dan pada tiap langit dihantar oleh malaikat muqorrbun dibawa naik kelangit yang atas hingga sampai kelangit ketujuh.

Maka Allah berfirman: Catatlah suratannya di ILLIYIN. Kemudian dikembalikan ke bumi, sebab daripadanya Kami jadikan, dan di dalamnya Aku kembalikan dan daripadanya pula akan Aku keluarkan pada saatnya.

Maka kembalilah ruh ke jasad didalam kubur, kemudian datang kepadanya dua malaikat untuk menanya: Siapa tuhan kamu? Maka dijawabnya: Allah tuhan ku. Lalu ditanya: Apa agamamu: Dijawab: Islam agama ku. Ditanya: Bagaimana pendapat mu tentang orang yang diutuskan dikalangan kamu? Dijawab: Ia utusan Allah. Ditanya: Bagaimana kamu mengetahui itu? Dijawab: Aku membaca kitab Allah lalu percaya dan membenarkannya.

Lalu terdengar suara: Benar hambaku, maka berikan kepadanya hamparan dari Syurga serta pakain Syurga dan bukakan untuknya pintu menuju ke Syurga, supaya ia mendapat bau dan hawa syurga. Lalu diluaskan kubur sepanjang pandangan mata kemudian datang kepadanya seorang yang bagus wajahnya dan harum baunya seraya berkata: Terimalah khabar gembira, ini saat yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Lalu ia berkata: Siapakah kamu? Jawabnya: Aku, amalmu yang baik. Lalu ia berkata: Ya tuhan segerakan lah hari Khiamat supaya segara aku bertem dengan keluarga ku dan kawan-kawan ku.”

Nabi s.a.w bersabda lagi: Adapun hamba yang kafir jika akan meninggalkan dunia dan menghadapi akhirat, maka turun kepadanya malaikat dari langit yang hitam mukanya dengan berpakaian hitam. Lalu duduk dimukanya sepanjang pandangan mata. Kemudian datang malaikat maut dan duduk disamping kepalanya, lalu berkata: Hai ruh yang jahat, keluarlah menuju murka Allah. Maka tersebar disemua anggota badannya, maka terputus semua urat dan ototnya, lalu diterimanya dan dimasukkan kedalam kain hitam dan dibawa dengan bau yang sangat busuk bagaikan bangkai dan dibawa naik. Maka tidak melalui malaikat melainkan ditanya: Ruh siapakah yang jahat dan busuk itu? Dijawab: Ruh Fulan bin Fulan dengan sebutan yang sangat jijik sehingga sampai kelangit dunia maka diminta buka, tetapi tidak dibuka untuknya.

Kemudian Nabi s.a.w membaca ayat: (maksudnya..) Tidak dibukakan kepada mereka itu pintu-pintu langit dan tidak dapat masuk Syurga hingga unta dapat masukke lubang jarum.

Kemudian diperintahkan: Tulislah orang itu didalam SIJJIN kemudian dilemparkan ruhnya itu begitu saja. Kemudian dikembalikan ruh itu kedalam jasad di dalam kubur, lalu didatangi oleh dua malaikat yang menundukkannya lalu menanya: Siapa tuhan kamu? Jawabnya: Aku tidak tahu. Lalu ditanya: Apa agama mu? Jawabnya: Au tidak tahu. Lalu ditanya: Apa pendapat kamu terhadap orang diutus dikalanga kamu? Jawabnya: Aku tidak tahu.

Maka dengar seruan dari langit: Dusta hambaku, hamparkan untuknya hamparan dari Neraka dan bukakan baginya pintu Neraka. Maka terasa olehnya panas hawa neraka, dan disempitkan kuburnya sehingga terhimpit dan rusak tulang rusuknya. Kemudian datang kepadanya seorang yang buruk wajahnya dan busuk baunya berkata kepadanya: Sambutlah hari yang sangat jijik bagimu, inilah saat yang telah diperingatkan oleh Allah kepadamu. Lalu ia bertanya: Siapakah kamu? Jawabnya: Aku amalanmu yang buruk. Lalu ia berkata: Ya tuhan jangan segerakan hati khiamat, ya tuhan jangan segerakan hari khiamat.

Berfikir positivelah dalam berdo'a

Banyak orang “memaksa” Allah mengabulkan doa-doanya. Mereka menggunakan dalih bahwa Allah telah berjanji mengabulkan doa para hamba-Nya (QS. Ghafir: 60) dan Allah mustahil mengingkari janji-janji-Nya (QS. Ar-Ra’d: 31).

Jika Allah menunda pengabulan doa atau menggantinya dengan kebaikan lain, mereka kecewa, merasa diperlakukan tidak adil dan tidak jarang menyalahkan pihak lain.

Sebenarnya, tidak cukup seseorang mengeksplorasi satu ayat tentang doa, kemudian memeganginya sebagai satu kaedah paripurna dan sempurna. Hal tersebut karena ayat-ayat tentang doa banyak jumlahnya dan memiliki sisi yang saling melengkapi.

Belum lagi, kita harus menggunakan as-Sunnah dalam memahami kekomprehensifan hakikat doa di dalam Al-Qur’an, sehingga antara yang umum dan khusus terpadu dengan sempurna.

Secara garis besar, Allah SWT mengabulkan doa semua hamba, sebagaimana tersebut dalam keumuman firman-Nya, “Dan Tuhanmu berkata: berdoalah kepadaku, niscaya aku akan mengabulkan doamu.” (QS. Ghafir: 60).

Sunah Rasul pun memperkuat pengabulan tersebut, sebagaimana diriwayatkan oleh Salman Al-Farisi bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh, Tuhanmu adalah Tuhan Yang Mahahidup, Mahamulia, yang malu jika hamba-Nya sudah berdoa mengangkat kedua tangan kepada-Nya lalu membalasnya dengan tangan hampa.” (HR Ahmad).

Namun secara khusus, doa meniscayakan kelengkapan syarat, etika, situasi, kondisi dan ikhtiar (usaha) yang sungguh-sungguh, sehingga pengabulannya menjadi lebih dekat secara logika. Dari sisi syarat, doa antara lain memerlukan keseriusan, keyakinan dan kemantapan hati.

Dari sisi etika, doa di antaranya meniscayakan kerendahan hati, pendekatan intensif kepada Allah, penafian sikap pamer (riya) dan sombong (QS. Al-A’raf: 55). Dari sisi situasi, doa orang yang terzalimi, orang tua, orang yang berpuasa, pemimpin adil, musafir akan mudah dikabulkan Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda, “Takutlah kamu akan doa orang yang terzalimi, karena doa tersebut tidak mimiliki penghalang antara dia dengan Allah.” (HR. Bukhari-Muslim).

Dari sisi kondisi, doa pada keadaan, tempat dan waktu yang istimewa semakin mudah pengabulannya, seperti disebut dalam banyak hadis. Perbedaan kondisi tersebut tidak berarti berdoa di tempat lain tidak dikabulkan, melainkan keadaan, tempat dan waktu istimewa membuat semakin dekat dan mudah dikabulkannya doa karena kemuliaan dan keutamaan yang terdapat di dalamnya.

Rasulullah SAW bersabda, “Allah SWT turun ke dunia pada setiap malam (di sepertiga malam yang terakhir) seraya berfirman: “Barang siapa berdoa kepada-Ku, maka pasti Aku kabulkan doanya; barang siapa meminta kepada-Ku, maka pasti Aku penuhi permintaannya; dan barang siapa memohon ampun kepada-Ku, maka pasti Aku ampuni dia.” (HR. Bukhari).

Dari sisi ikhtiar (usaha), doa merupakan pelengkapnya. Ia sebab, bukan akibat. Jika ikhtiar yang maksimal adalah anggota badan, maka doa adalah kepalanya, sehingga ia merupakan satu kesatuan dari usaha.

Tentu masih banyak sisi lain yang menentukan kekomprehensifan hakikat doa seperti keniscayaan kehalalan prasarana, tidak disertai perbuatan dosa, tidak disertai pemutusan silaturahim, tidak tergesa-gesa, tidak berputus asa dan lain sebagainya.

Namun yang perlu disadari oleh setiap pendoa adalah bahwa pengabulan Allah dapat terjadi dalam tiga bentuk: disegerakan sebagaimana permintaan kita; ditunda sampai hari kiamat; dialihkan dalam bentuk kebaikan yang berbeda.

Dengan pemahaman tersebut, maka tidak elok jika setiap pendoa menagih janji tunai pengabulan doa yang dapat mengakibatkan jiwanya tertekan, melainkan hendaknya berserah diri kepada-Nya dan tetap berpikir kritis serta positif sebab pengabulan doa adalah wilayah Allah SWT. Wallahu a’lam.

Jumat, 11 Januari 2013

Tanda-tanda Hari Kiamat

Apa yang terfikir dibenak anda apa bila mendengar kata KIAMAT ? 
Tidak perlu diragukan lagi, hari itu tentu akan datang, , , 
Kita sebagai umat islam tentu harus percaya akan adanya hari kiamat, tak perlu mendengarkan ramalan yang akhir-akhir ini banyak dibicarakan khalayak umum, dalam al-qur'an pun tlah dijelaskan tentang tanda-tanda kiamat, tapi kapan akan terjadinya itu rahasia allah swt.

Ayat-ayat al-qur'an yang menjelaskan tentang kepastian hari kiamat:


اِنَّ السَّاعَةَ لاَتِيَةٌ لاَّرَيْبَ فِيْهَا وَلَكِنَّ اَكْثَرَالنَّاسِ لاَيُؤْمِنُوْنَ. 
"Sesungguhnya Hari Kiamat pasti akan datang, tidak ada keraguan tentangnya, akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman (terhadap hari akhirat)".
Al-Mu'min, 40:59


ثُمَّ اِنَّكُمْ بَعْدَ ذَلِكَ لَمَيِّتُوْنَ . ثُمَّ اِنَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ تُبْعَثُوْنَ. 

"Kemudian sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan dimatikan. Kemudian sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di Hari Kiamat". 
Al-Mu'minun, 23:15-16.


يَااَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمْ اِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَىْءٌ عَظِيْمٌ . يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّآ اَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَى وَمَا هُمْ بِسُكَارَى وَلَكِنَّ عَذَابَ اللهِ شَدِيِدٌ. 
"Hai manusia! Bertakwalah kamu kepada Tuhanmu, sesungguhnya kegoncangan Hari Kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (menakutkan). (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, (peniklah hingga) terlupa semua wanita yang menyusukan anaknya pada anaknya yang sedang disusukan, dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan mereka kelihatan dalam keadaan mabuk sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi (mereka merasakan) azab Allah itu sangat keras". 
Al-Haj, 22:1-2.



اِذَا زُلْزِلَتِ اْلاَرْضُ زِلْزَالَهَا . وَاَخْرَجَتِ اْلاَرْضُ اَثْقَالَهَا . وَقَالَ اْلاِنْسَانُ مَالَهَا . يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ اَخْبَارَهَا . بِاَنَّ رَبَّكَ اَوْحَى لَهَا . يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ اَشْتَاتًا لِيُرَوْا اَعْمَالَهُمْ فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًايَرَهُ . وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّايَرَهُ. 

"Apabila bumi digoncang dengan goncangannya (yang dahsyat). Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikeluarkannya). Dan manusia bertanya: Mengapa bumi (jadi begini?). Pada hari itu bumi menceritakan beritanya. Kerana sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang demikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia keluar dari kubur-kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaannya. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrahpun nescaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan sesiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrahpun, nescaya akan melihat (balasan)nya".
Az-Zilzalah, 99:1-8.


Tanda-tanda kiamat sughra:


1. Diutusnya Rasulullah saw
Jabir r.a. berkata, ”Adalah Rasulullah saw. jika beliau khutbah memerah matanya, suaranya keras, dan penuh dengan semangat seperti panglima perang, beliau bersabda, ‘(Hati-hatilah) dengan pagi dan sore kalian.’ Beliau melanjutkan, ‘Aku diutus dan hari Kiamat seperti ini.’ Rasulullah saw. mengibaratkan seperti dua jarinya antara telunjuk dan jari tengah. (HR Muslim)
2. Disia-siakannya amanat
Jabir r.a. berkata, tatkala Nabi saw. berada dalam suatu majelis sedang berbicara dengan sahabat, maka datanglah orang Arab Badui dan berkata, “Kapan terjadi Kiamat ?” Rasulullah saw. terus melanjutkan pembicaraannya. Sebagian sahabat berkata, “Rasulullah saw. mendengar apa yang ditanyakan tetapi tidak menyukai apa yang ditanyakannya.” Berkata sebagian yang lain, “Rasul saw. tidak mendengar.” Setelah Rasulullah saw. menyelesaikan perkataannya, beliau bertanya, “Mana yang bertanya tentang Kiamat?” Berkata lelaki Badui itu, ”Saya, wahai Rasulullah saw.” Rasulullah saw. Berkata, “Jika amanah disia-siakan, maka tunggulah kiamat.” Bertanya, “Bagaimana menyia-nyiakannya?” Rasulullah saw. Menjawab, “Jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kiamat.” (HR Bukhari)
3. Penggembala menjadi kaya
Rasulullah saw. ditanya oleh Jibril tentang tanda-tanda kiamat, lalu beliau menjawab, “Seorang budak melahirkan majikannya, dan engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, telanjang, dan miskin, penggembala binatang berlomba-lomba saling tinggi dalam bangunan.” (HR Muslim)
4. Sungai Efrat berubah menjadi emas
Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak akan terjadi kiamat sampai Sungai Eufrat menghasilkan gunung emas, manusia berebutan tentangnya. Dan setiap seratus 100 terbunuh 99 orang. Dan setiap orang dari mereka berkata, ”Barangkali akulah yang selamat.” (Muttafaqun ‘alaihi)
5. Baitul Maqdis dikuasai umat Islam
”Ada enam dari tanda-tanda kiamat: kematianku (Rasulullah saw.), dibukanya Baitul Maqdis, seorang lelaki diberi 1000 dinar, tapi dia membencinya, fitnah yang panasnya masuk pada setiap rumah muslim, kematian menjemput manusia seperti kematian pada kambing dan khianatnya bangsa Romawi, sampai 80 poin, dan setiap poin 12.000.” (HR Ahmad dan At-Tabrani dari Muadz).
6. Banyak terjadi pembunuhan
Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tiada akan terjadi kiamat, sehingga banyak terjadi haraj.. Sahabat bertanya apa itu haraj, ya Rasulullah?” Rasulullah saw. Menjawab, “Haraj adalah pembunuhan, pembunuhan.” (HR Muslim)
7. Munculnya kaum Khawarij
Dari Ali ra. berkata, saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Akan keluar di akhir zaman kelompok orang yang masih muda, bodoh, mereka mengatakan sesuatu dari firman Allah. Keimanan mereka hanya sampai di tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya. Di mana saja kamu jumpai, maka bunuhlah mereka. Siapa yang membunuhnya akan mendapat pahala di hari Kiamat.” (HR Bukhari).
8. Banyak polisi dan pembela kezhaliman
“Di akhir zaman banyak polisi di pagi hari melakukan sesuatu yang dimurkai Allah, dan di sore hari melakukan sesutu yang dibenci Allah. Hati-hatilah engkau jangan sampai menjadi teman mereka.” (HR At-Tabrani)
9. Perang antara Yahudi dan Umat Islam
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak akan terjadi kiamat sehingga kaum muslimin berperang dengan yahudi. Maka kaum muslimin membunuh mereka sampai ada seorang yahudi bersembunyi di belakang batu-batuan dan pohon-pohonan. Dan berkatalah batu dan pohon, ‘Wahai muslim, wahai hamba Allah, ini yahudi di belakangku, kemari dan bunuhlah ia.’ Kecuali pohon Gharqad karena ia adalah pohon Yahudi.” (HR Muslim)
10. Dominannya Fitnah
Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak akan terjadi kiamat, sampai dominannya fitnah, banyaknya dusta dan berdekatannya pasar.” (HR Ahmad).
11. Sedikitnya ilmu
12. Merebaknya perzinahan
13. Banyaknya kaum wanita
Dari Anas bin Malik ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda. “Sesungguhnya di antara tanda-tanda kiamat adalah ilmu diangkat, banyaknya kebodohan, banyaknya perzinahan, banyaknya orang yang minum khamr, sedikit kaum lelaki dan banyak kaum wanita, sampai pada 50 wanita hanya ada satu lelaki.” (HR Bukhari)
14. Bermewah-mewah dalam membangun masjid
Dari Anas ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Diantara tanda kiamat adalah bahwa manusia saling membanggakan dalam keindahan masjid.” (HR Ahmad, An-Nasa’i dan Ibnu Hibban)
15. Menyebarnya riba dan harta haram
Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Akan datang pada manusia suatu waktu, setiap orang tanpa kecuali akan makan riba, orang yang tidak makan langsung, pasti terkena debu-debunya.” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah dan Al-Baihaqi)
Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Akan datang pada manusia suatu saat di mana seseorang tidak peduli dari mana hartanya didapat, apakah dari yang halal atau yang haram.” (HR Ahmad dan Bukhari)
Tanda-tanda kiamat kubra:

Tanda-tanda kiamat besar yaitu kejadian sangat besar dimana kiamat sudah sangat dekat dan mayoritasnya belum muncul, seperti munculnya Imam Mahdi, Nabi Isa, Dajjal, Ya’juj dan Ma’juj.
Ayat-ayat dan hadits yang menyebutkan tanda-tanda kiamat besar di antaranya:
Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata, “Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?” Dzulqarnain berkata, “Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka.” (Al-Kahfi: 82)
“Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.” (An-Naml: 82)
Dari Hudzaifah bin Usaid Al-Ghifari ra, berkata: Rasulullah saw. muncul di tengah-tengah kami pada saat kami saling mengingat-ingat. Rasulullah saw. bertanya, “Apa yang sedang kamu ingat-ingat?” Sahabat menjawab, “Kami mengingat hari kiamat.” Rasulullah saw. bersabda,”Kiamat tidak akan terjadi sebelum engkau melihat 10 tandanya.” Kemudian Rasulullah saw. menyebutkan: Dukhan (kabut asap), Dajjaal, binatang (pandai bicara), matahari terbit dari barat, turunnya Isa as. Ya’juj Ma’juj dan tiga gerhana, gerhana di timur, barat dan Jazirah Arab dan terakhir api yang keluar dari Yaman mengantar manusia ke Mahsyar. (HR Muslim)
Dari Abdullah bin Mas’ud ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, ”Hari tidak akan berakhir, dan tahun belum akan pergi sehingga bangsa Arab dipimpin oleh seorang dari keluargaku, namanya sama dengan namaku.” (HR Ahmad)
Perbedaan tanda-tanda kiamat kubra dan sughra:
1. Tanda-tanda kiamat kecil secara umum datang lebih dahulu dari tanda-tanda kiamat besar.
2. Tanda-tanda kiamat kecil sebagiannya sudah terjadi, sebagiannya sedang terjadi dan sebagiannya akan terjadi. Sedangkan tanda-tanda kiamat besar belum terjadi.
3. Tanda-Tanda Kiamat Kecil  bersifat biasa dan tanda kiamat besar bersifat luar biasa.
4. Tanda kiamat kecil berupa peringatan agar manusia sadar dan bertaubat. Sedangkan kiamat besar jika sudah datang, maka tertutup pintu taubat.
5. Tanda-tanda kiamat besar jika muncul satu tanda, maka akan diikuti tanda-tanda yang lainnya. Dan yang pertama muncul adalah terbitnya matahari dari Barat .
Berkata Ali bin Abi Talib,
“Akan datang di suatu masa di mana Islam itu hanya akan tinggal namanya saja, agama hanya bentuk saja, Al-Qur’an hanya dijadikan bacaan saja, mereka mendirikan masjid, sedangkan masjid itu sunyi dari zikir menyebut Asma Allah.
Orang-orang yang paling buruk pada zaman itu ialah para ulama, dari mereka akan timbul fitnah dan fitnah itu akan kembali kepada mereka juga.
Dan kesemua yang tersebut adalah tanda-tanda hari kiamat.”
Sabda Rasulullah S.A.W,
“Apabila harta orang kafir yang dihalalkan tanpa perang yang dijadikan pembahagian bergilir, amanat dijadikan seperti harta rampasan, zakat dijadikan seperti pinjaman, belajar lain daripada agama, orang lelaki taat kepada isterinya, menderhakai ibunya, lebih rapat dengan teman dan menjauhkan ayahnya, suara-suara lantang dalam masjid, pemimpin kaum dipilih dari orang yang fasik, orang dimuliakan kerana ditakuti akan tindakan jahat dan aniayanya dan bukan kerana takutkan Allah, maka kesemua itu adalah Tanda – tanda kiamat.

Semoga tulisan ini bisa bermanfaat untuk kita semua. Aamiin
"Mohon maaf bila masih banyak kekurangan dari tulisan ini, saya hanya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan kekurangan, kelebihan hanyalah milik allah swt"
jazakumulloh khoiron, Wassalamu'alaikum wr.wb.


Kamis, 10 Januari 2013

Fadhilah Surat Al-Mulk

Assalamu'alaikum wr.wb.

Pada kesempatan kali ini saya akan membahas sedikit tentang fadhilah surat Al-Mulk.

Ada satu surat di dalam alqur’an yang dapat memasukan kita kedalam surga.surat itu adalah al-mulk (kerajaan)
adapun jumlah keseluruhannya 30 ayat dan disebut surat makkiyah.
Nabi saw.bersabda:
hiyal maani’atu hiyal munjiyatu tunjii min ‘adzaabil qabri,ya’nii tabaaraka.
yang artinya:”Dialah yang menghalangi (sebagai penghalang)dan dialah sebagai penyelamat,yang menyelamat kan dari siksa kubur,adalah tabaarak”(HR.Tirmidzi dan ibnu abbas)

Hadits yang membahas tentang surat ini:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ عَبَّاسٍ الْجُشَمِىِّ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ إِنَّ سُورَةً مِنَ الْقُرْآنِ ثَلاَثُونَ آيَةً شَفَعَتْ لِرَجُلٍ حَتَّى غُفِرَ لَهُ وَهِىَ سُورَةُ تَبَارَكَ الَّذِى بِيَدِهِ الْمُلْكُ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar, telah menceritakan pada kami Muhammad bin Ja’far, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari Qotadah, dari ‘Abbas Al Jusyamiy, dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Ada suatu surat dari al qur’an yang terdiri dari tiga puluh ayat dan dapat memberi syafa’at bagi yang membacanya, sampai dia diampuni, yaitu: “Tabaarakalladzii biyadihil mulku… (surat Al Mulk)” (HR. Tirmidzi no. 2891, Abu Daud no. 1400, Ibnu Majah no. 3786, dan Ahmad 2/299).
أخبرنا عبيد الله بن عبد الكريم وقال حدثنا محمد بن عبيد الله أبو ثابت المدني قال حدثنا بن أبي حازم عن سهيل بن أبي صالح عن عرفجة بن عبد الواحد عن عاصم بن أبي النجود عن زر عن عبد الله بن مسعود قال : من قرأ { تبارك الذي بيده الملك } كل ليلة منعه الله بها من عذاب القبر وكنا في عهد رسول الله صلى الله عليه و سلم نسميها المانعة وإنها في كتاب الله سورة من قرأ بها في كل ليلة فقد أكثر وأطاب

Telah menceritakan pada kami ‘Ubaidullah bin ‘Abdil Karim, ia berkata, telah menceritakan pada kami Muhammad bin ‘Ubaidillah Abu Tsabit Al Madini, ia berkata, telah menceritakan pada kami Ibnu Abi Hazim, dari Suhail bin Abi Sholih, dari ‘Arfajah bin ‘Abdul Wahid, dari ‘Ashim bin Abin Nujud, dari Zarr, dari ‘Abdullah bin Mas’ud, ia berkata,“Barangsiapa membaca “Tabarokalladzi bi yadihil mulk” (surat Al Mulk) setiap malam, maka Allah akan menghalanginya dari siksa kubur. Kami di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menamakan surat tersebut “al Mani’ah” (penghalang dari siksa kubur). Dia adalah salah satu surat di dalam Kitabullah. Barangsiapa membacanya setiap malam, maka ia telah memperbanyak dan telah berbuat kebaikan.” (HR. An Nasai dalam Al Kabir 6/179 dan Al Hakim. Hakim mengatakan bahwa sanad hadits tersebut shahih.
Keutamaan surat ini:
1.Dapat memasukan pembacanya ke dalam surga.
2.Dapat menolak fitnah
3.Orang yang membaca al-mulk seperti orang yang menemui lailatul qadar
4.Dapat memberi syafaat dan melebur dosa pembacanya
5.Dikabulkan hajat nya
6.Dapat menolong orang yang ada di dalam kubur.
Bacalah surat ini minimal satu kali dalam sehari, insya allah surat ini dapat memberikan kita manfaat dan keselamatan dari siksa kubur. Tapi ingat jangan hanya mengandalkan surat ini, barengilah dengan ibadah yang lain juga.
Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua, aamiin